Selasa, 14 Januari 2014

BELALANG SANTAPAN YOHANES PEMBAPTIS


Seorang teman facebook, Narwastu Anggie Ratsih namanya. Di status facebook Komunitas Guru Sekolah Minggu dia menulis "... belalang makanan Yohanes Pembaptis, ada yang bilang hewan, yang lain mengatakan sejenis tumbuhan kacang-kacangan. Mana yang benar?

" ... dan makanannya belalang dan madu hutan." Markus 1:6

Kita maklum kalau Yohanes Pembaptis menyantap madu hutan, itu adalah makanan alami berasal dari lebah.
Tapi kalau makan belalang?

Dalam Alkitab ada 41 ayat yang bersentuhan dengan kata belalang, 37 diantaranya terdapat di Kitab Perjanjian Lama. Kebanyakan dihubungkan dengan bencana musnahnya tanaman dan murka Tuhan. Ingat pada Tulah Mesir? Tulah ke-8 adalah wabah belalang (Keluaran 10:13-15), The Locust.

Di dunia ini ada banyak jenis belalang, hingga ratusan. Dalam Kitab Yoel 1:4 disebutkan belalang pengerip, belalang pindahan, belalang pelompat, serta belalang pelahap. Itu cuma menggambarkan 4 dari sekian banyak jenis belalang yang ada. Dan menurut Imamat, ada yang tidak boleh dan yang bisa dimakan.
Secara umum, belalang dibagi menjadi 2 kelompok.
1. Belalang Pelari (Cursoria)
    dianggap najis, sesuai Imamat 11:20-23
2. Belalang pelempar (Saltatoria
    Ciri-cirinya memiliki paha di atas kakinya untuk melompat, yang ini halal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditulis, belalang adalah serangga bersayap 2 lapis serta punya sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rerumputan atau tumbuhan. Belalang adalah makanan sehat tidak beracun, sering dikonsumsi penduduk tak mampu.
Belalang yang menjadi santapan Yohanes Pembaptis adalah jenis serangga yang halal.
Belalang dan madu hutan adalah jenis makanan alami memiliki kandungan gizi tinggi yang diperlukan tubuh manusia. Tak heran, Yohanes Pembaptis dapat bertahan hidup di kesunyian gurun hanya dengan makan belalang dan madu hutan.
Sampai sekarang, penduduk miskin Palestina masih mengkonsumsi belalang.

Kuliner Belalang, juga dikenal banyak Kebudayaan Dunia. Sebut saja Chapu Lines di Mexico. Inago di Jepang. Tak Ga Tan di negeri Gajah, Thailand serta kuliner di Tanah Air kita di  Rote, Kupang - NTT.
Orang Rote sudah biasa makan belalang sejak jaman nenek moyang. Dipanggang atau digoreng, rasanya renyah, gurih dan nikmat. Apalagi, setelah itu meneguk segelas air gula Rote (tuak manis, hasil sadapan nira lontar yang masih segar).

Beberapa Penulis kuno berpendapat, ada sejenis belalang hijau yang dikeringkan ketika itu, rasanya seperti udang.
Diodorus, merujuk pada suatu bangsa di Etiopia yang disebut acridophaghi atau pemakan belalang.
Prophryius bercerita,ada sepasukan tentara yang hampir mati kelaparan, selamat karena makan belalang.
Aristoteles  mengunkapkan,  bahwa bangsa Yunani dan Layard  Sang Penemu, makan belalang yang diawetkan oleh bangsa Asyur.

Belakangan, sekelompok orang menduga bahwa "belalang" (locust) yang disebut dalam Injil Markus, yang dimakan oleh Yohanes Pembaptis adalah tumbuhan polong, mirip buncis agak manis.

Memang, ada tumbuhan yang disebut Honey Locust. Pohon locust Spanyol atau Cerafonia berasal dari Syria dan cekungan Mediterania. Bagian yang dimakan adalah kulit polongnya yang sudah kering, rasanya agak manis dan bisa diolah menjadi tepung atau sirop.
Ada juga black locust atau locust hitam (Robinia pseudoacacia). Kulit polongnya beracun, namun bermanfaat untuk membuat madu. Para missionaris Jesuit lah yang memberi nama locust pada pohon ini dan menganggap locust inilah yang menjadi santapan Yohanes Pembaptis. Namun, tumbuhan ini asli asal Amerika Utara, dan tidak tumbuh di tempat lain.

Dari bahasa Inggris Locust, Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkannya menjadi belalang.  Cocok dengan penjelasan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Belalang adalah serangga bersayap 2 lapis, punya sepasang kaki belakang yang panjang, bukan sejenis tumbuhan.


Dari berbagai sumber, ditulis kembali oleh Theo Gunawan.



1 komentar: