MENGAPA BULLYING SERING TERJADI
PADA GENERASI MUDA
“Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku, betapa gelisah jiwaku; hatiku terbolak-balik di dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar”.
Ratapan 1:20 tidak secara eksplisit berbicara tentang bullying. Namun, relevan dengan situasi tersebut. Ayat ini menggambarkan kesedihan mendalam dan keputusasaan yang dialami oleh bangsa Israel akibat penghancuran Yerusalem. Anak-anak dan remaja menjadi kelompok paling rentan dan menderita dalam kondisi seperti itu. Dengan memahami konteks ayat ini, kita bisa melihat bahwa bullying adalah masalah serius yang menimbulkan dampak buruk berkepanjangan di kehidupan korban. Anak-anak dan remaja, yang seharusnya menjadi harapan masa depan, ketika menjadi korban bullying justru mengalami kegelapan.Masa kanak-kanak dan remaja adalah masa yang penuh keceriaan dan harapan. Namun, bullying menghancurkan keceriaan dan harapan masa depan mereka. Korban bullying sering merasa tidak berdaya untuk mengubah situasi yang mereka hadapi, merasa terisolasi, takut, dan kehilangan rasa percaya diri. Mereka yang menjadi korban dari tindak kekerasan dan ketidakadilan, mungkin jadi takut untuk bercerita, melapor atau merasa bahwa tidak ada yang peduli.
Sebab anak-anak dan remaja dibully oleh teman-teman sebayanya:
Perbedaan: Anak-anak yang berbeda dari teman-temannya (fisik, minat, latar belakang) sering menjadi sasaran bullying. Kelemahan yang Diperceived: Anak-anak yang dianggap lemah, baik secara fisik maupun emosional, sering menjadi target empuk bagi pelaku bullying. Perasaan tidak aman: Pelaku bullying seringkali merasa dirinya tidak aman dan berupaya menutupinya dengan cara menindas orang lain. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan yang toleran terhadap kekerasan dan tidak memberikan perlindungan yang cukup pada pihak yang lemah, akan mendorong terjadinya tindakan bullying. Kurang Kurang Empati: Pelaku bullying kurang memiliki empati terhadap perasaan orang lain. Tekanan Teman Sebaya: Tekanan dari kelompok teman sebaya bisa memicu seseorang untuk ikut-ikutan mem-bully.
Dampak Bullying:
Trauma Emosional: Korban bullying sering mengalami trauma emosional , seperti depresi, kecemasan, dan rendah diri. Gangguan Kesehatan Fisik: Bullying bisa menimbulkan gangguan kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit perut, serta gangguan tidur. Prestasi Akademik Menurun: Korban bullying sulit konsentrasi sehingga prestasi akademik mereka anjlok. Perilaku Negatif: Beberapa korban bullying secara tidak sadar melakukan tindakan negatif sebagai bentuk penyaluran emosi mereka; seperti agresivitas atau menarik diri dari lingkungan sosial.
Pencegahan: Sebagai orang percaya, kita dipanggil menjadi agen perubahan. Mengambil sikap dan tindakan nyata untuk mencegah dan mengatasi bullying, dengan:
Mendidik: sejak dini ajarkan anak-anak tentang pentingnya menghormati orang lain dan menolak segala bentuk kekerasan. Ciptakan lingkungan yang inklusif, di rumah dan di sekolah, serta memberi perhatian kepada anak-anak yang berbeda adalah langkah-penting mencegah terjadinya bullying. Intervensi: Jika terjadi kasus bullying, perlu segera melakukan tindakan tegas untuk menghentikan dan memberikan perlindungan kepada korban. Menjadi Teladan: Menunjukkan sikap yang baik agar menjadi teladan buat orang lain. Dukungan: Memberikan perhatian kepada korban bullying serta berupaya membantu mereka untuk memulihkan trauma yang dialaminya. Melakukan terapi, konseling, dan simpati dari orang-orang terdekat sangat membantu proses pemulihan.
Kesimpulan
Kitab Ratapan 1:20, menggambarkan situasi tragis di mana Yerusalem, kota yang dulunya penuh kemuliaan, kini dilanda kesengsaraan. Anak-anak dan remaja, yang seharusnya menjadi harapan masa depan, justru mengalami derita berkepanjangan. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya melindungi genersi muda dari pelaku bullying, kekerasan dan ketidakadilan. Yesaya 1:17: "Belajarlah berbuat baik, carilah keadilan, tolonglah orang yang tertindas, belalah hak anak yatim, perjuangkanlah perkara janda!". Sebagai warga masyarakat, kita punya tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman serta nyaman, memberi perhatian penuh pada generasi muda untuk bisa tumbuh dan meraih masa depan.
Disclaimer: Artikel ini bersifat umum, dan tidak dimaksud untuk menggantikan nasihat para profesional.