Minggu, 15 Desember 2013

SINTERKLAS, DONGENG ATAU NYATA?


"Yes, Virginia there is a Santa Claus", begitu tulis Surat Kabar The Sun
menjawab pertanyaan gadis cilik yang penasaran ingin tahu: Apakah Sinterklas itu nyata atau cuma dongeng.


Sinterklas (Indonesia), kini telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi Natal di Amerika Serikat.
"Benarkah Sinterklas ada?" Pertanyaan itu muncul di pikiran Virginia, 8th. putri Dr. Philip O"Hanlon, asisten koroner di Upper West Side, Manhattan. Gadis kecil itu penasaran, lalu dia bertanya pada ayahnya.
Dr. Philip O'Hanlon (1897) menyarankan  agar anak perempuannya itu menulis surat ke Surat Kabar The Sun, Koran paling berpengaruh ketika itu di New York City.

Kepada putrinya O'Hanlon berkata, "Kalau kamu melihat jawabannya di 
The Sun, berarti Sinterklas benar-benar ada". Tak lama surat tersebut dijawab oleh seorang redaktur bernama Francis Pharcellus Church yang pernah bertugas sebagai wartawan perang. Ia menjawab pertanyaan sederhana itu berikut alasan filosofisnya. Meski editorial yang ditulisnya itu muncul di pojok halaman paling bawah, namun membuat banyak pembaca terkesan. Lebih se abad kemudian, editorial yang ditulisnya itu menjadi tulisan paling banyak diterbitkan ulang di berbagai media cetak berbahasa Inggris.

Setelah itu, penerbit Elizabeth Press menerbitkan buku anak-anak berjudul Yes, Virginia. Cerita dalam buku itu dikembangkan dari editorial yang menjawab surat Virginia, disertai biografi singkat tokoh-tokoh utamanya.
Selanjutnya, Warner Brothers mengangkatnya menjadi acara televisi yang memenangkan Emmy Award. Pada acara spesial The History Chanel tayangan 21Februari 2001, menceritakan Virginia memberi surat aslinya kepada seorang cucunya yang menempelkan surat itu di kliping buku. Surat itu diperkirakan terbakar dalam suatu peristiwa kebakaran rumah. Namun, ternyata surat itu ditemukan utuh 30 tahun kemudian.

Belakangan, Santa Claus atau Sinterklas sering digambarkan berpakaian lengkap dengan topi merah berjambul. Siapakah Santa Claus itu? 
Sebutan Santa Claus berasal dari seorang yang bernama Nicholas. ia lahir di kota Lycia, sebuah pelabuhan kuno di Petara (Asia Kecil). kemudian pada abad ke 4 Nicholas menjadi uskup di Lycia. Sewaktu Raja Diokletus menganiaya orang kristen, Nicholas dipenjara dan dilepaskan ketika Raja Konstantin berkuasa. Ia hadir di Konsili Nicea (325), meninggal dan dikubur di Myra. Relekwinya dikeramatkan di Basilika San Nicola, Bari pada abad 11.

Berikutnya ia menjadi populer dan melegenda. Nicholas digambarkan sebagai uskup yang ramah, suka menolong anak-anak dan orang miskin. Kebaikannya kemudian dibumbui dengan mujizat-mujizat dan legenda kafir, seperti Befana di Roma, Berchta dan kneecht Ruprecht di Jerman, serta Odin di Norwegia yang memiliki kekuatan sihir, yang menghukum anak-anak nakal dan memberi hadiah hanya kepada anak-anak yang baik. Biasanya menumpang kereta terbang yang ditarik rusa kutub.
Setelah itu legenda ini menyebar ke daratan Eropa. Namun sejak reformasi, legenda kultus Nicholas tidak lagi dirayakan Gereja-gereja Protestan. Sebaliknya, di Belanda muncul Sinterklas yang digambarkan sebagai orangtua
berjanggut putih panjang, berpakaian uskup sambil menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah. Dibantu budaknya Zwarte Piet (yang dikenal sebagai Piet Hitam). Sinterklas selalu muncul di bulan Desember, bertandang ke rumah-rumah untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap.
Budaya Santa Claus di kota Manado dan sekitarnya
 ketika menyambut Hari Natal.

Pada abad 17 koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di Amerika. Santa Claus dilukiskan sebagai orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan topi berwarna merah dengan menaiki kereta salju yang ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang.

Sekalipun Santa Claus terkenal dengan kebaikannya memberi hadiah-hadiah pada anak-anak, namun karena legendanya telah bercampur dengan dongeng mistik kafir, banyak orang mempersoalkan sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal. Sinterklas dan Piet Hitam di Indonesia, oleh sebagian orang dianggap rasis, orang kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang suka mencambuk anak-anak nakal.
Karena Riwayat Nicholas yang tidak jelas lagi, Paus Paulus VI mencoret perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi Gereja Roma Katolik pada th.1969.


Sumber: Wikipedia, Sabda.org
Di tulis ulang oleh Theo Gunawan, BintangSM.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar