Wednesday, November 25, 2015

ALATPERAGA DARI BALON

Bentuk serta warna-warni balon menimbul kesan unik dan ceria. Sering orang berpendapat, balon cuma cocok digunakan pada acara ulang tahun anak-anak, menghias panggung hiburan atau dekorasi pesta pernikahan. Padahal, pilihan dan warna balon tertentu,  menjadikan dekorasi balon sangat elegant dan exclusive ketika ditata serta ditampilkan dalam Family Gathering, Launching Seminar, Festival parade, ruang kelas Sekolah Minggu atau dekorasi acara tertentu di Gereja.

Lalu, bisakah balon dimanfaatkan sebagai alatperaga pembelajaran? Mengapa tidak. Membuat alatperaga pembelajaran dari balon bisa dilakukan kapan saja. Balon gampang didapat, mudah dibentuk, biaya yang diperlukan relatif murah. Balon tidak cuma buat menyemarakan suasana pesta. Kreasi balon akan menimbulkan keceriaan, rasa senang dan gairah belajar bila kita membentuknya secara kreatif. Tampilkan balon sebagai alatperaga pembelajaran dengan bentuk menarik untuk menghadirkan aktivitas belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan.

Alatperaga pembelajaran penting.
Pada umumnya, anak-anak lebih suka bergerak ketimbang duduk diam. Alatperaga pembelajaran bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu guru untuk merebut perhatian anak. Penggunaan alatperaga pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan menghilangkan sikap pasif para murid, memunculkan minat belajar. Memungkinkan terjadi interaksi antara murid dengan guru, interaksi di antara murid-murid. Penggunaan alatperaga pembelajaran oleh guru akan melibatkan murid dalam aktivitas belajar mengajar yang kreatif dan menyenangkan. Kuasai cara penggunaan alatperaga pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran efisien dan efektif. 

Sekalipun alatperaga pembelajaran digunakan pada semua tingkatan usia, namun tidak semua alatperaga cocok pada semua tingkatan umur. Untuk anak-anak, khususnya Batita, sebaiknyamenggunakan alatperaga berbahan halus (tidak kasar dan tajam). Seperti: boneka, gambar-gambar visual, meniru gerak (sikap berdoa dan lainnya), menyanyikan pujian dengan gerakan.

Kelompok Balita sampai enam tahun, umumnya mereka sudah belajar di Kelompok bermain atau Taman Kanak-kanak. Mereka sudah mengenal huruf, menghitung dan membaca. Mereka juga suka boneka. Ada banyak ragam boneka: boneka tangan, boneka jari, boneka kaos kaki, boneka kantong kertas, boneka gelas kertas dan lainnya. Guru juga bisa menstimulasi anak dengan gambar-gambar digabung huruf (kata).

Untuk murid-murid yang lebih besar, sangat banyak alatperaga pembelajaran yang bisa digunakan: Seperti:papan planel, flash card, gambar-gambar poster, object lesson dan sebagainya.
Penggunaan alatperaga pembelajaran penting. Pemanfaatan alatperaga pembelajaran akan merangsang multi sensori anak. Lewat visualisasi dan pengalaman belajar dengan menggunakan alatperaga pembelajaran, pemahaman serta daya serap murid lebih optimal.

Saturday, November 14, 2015

"ANDA MENGAJAR, APAKAH MURID BELAJAR?"



Seorang guru Sekolah Minggu diminta membantu mengajar di kelas Madya (usia 10-11 tahun), karena guru kelas itu berhalangan hadir. Sewaktu guru itu sudah di kelas, mulai kegiatan pembelajaran, dia mengajukan pertanyaan kepada 14 murid yang hadir ketika itu.
"Ada yang masih ingat, apa yang dipelajari hari minggu lalu? Murid-murid terdiam, mereka saling pandang.
Guru itu tanya lagi, "Apa ada diantara kalian yang masih ingat pelajaran minggu lalu?'
Setelah agak lama, seorang murid coba menceritakan pelajaran minggu lalu, yang masih diingatnya.
Beberapa murid lain mengangguk-angguk setuju.
Dari sejumlah anak di kelas itu, cuma ada beberapa saja yang masih ingat sebagian kecil pelajaran minggu lalu. Itupun perlu waktu untuk mereview kembali ingatan mereka. Ini persoalan yang sering
terjadi di setiap kelas Sekolah Minggu.
"Anda mengajar, apakah murid belajar?" Dari beberapa penelitian, sebagian besar murid dalam satu kelas, hanya beberapa murid yang masih sedikit ingat apa yang dipelajari pada minggu sebelumnya.
Padahal, sebagai guru, Anda mungkin sudah bekerja ekstra keras mempersiapkan materi pembelajaran yang disampaikan.
Jadi, ada masalah! Problemanya apa?

GURU adalah designer, fasilitator dan observer.

Sebagai designer, guru merancang kegiatan belajar mengajar di kelas. Berupa tahapan tentang apa saja yang akan dilakukan bersama murid-murid selama aktivitas proses belajar mengajar berlangsung, sesuai topik bahasan yang akan dipelajari. Merencanakan metode mengajar yang akan digunakan, agar kegiatan pembelajaran efisien dan efektif.

Guru sebagai fasilitator, mempersiapkan, mengadakan berbagai hal yang diperlukan dalam aktivitas pembelajaran. Bila murid diminta megisi lembar jawaban, apakah lembar isian itu sudah disiapkan? Kalau ada nyanyian pujian, sebaiknya disiapkan sesuai topik yang akan dipelajari. Mempersiapkan alatperaga pembelajaran, atau lainnya

Sebagai observer, guru sebaiknya melakukan observasi. Mengevaluasi kembali proses pembelajaran. Apa kesimpulan guru setelah kegiatan belajar mengajar itu usai. Apakah murid-murid sudah paham dan bisa menyerap  optimal materi pembelajaran yang telah disampaikan. Dengan kata lain, apakah kegiatan pembelajaran berlangsung efisien dan efektif. Tepat waktu serta tepat sasaran, mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.

Bila guru abai sebagai designer, fasilitator dan observer, maka yang bakal terjadi adalah seperti cerita tadi. Pembelajaran yang disampaikan guru gampang sirna. Seandainya masih ada yang diingat, akan sangat minim pemahaman dan daya serap murid.

Semoga tulisan ini menjadi inspirasi,  menambah wawasan serta menyemangati. Agar Anda bisa meghadirkan proses belajar mengajar yang keratif dan menyenangkan. Sehingga, pemahaman dan daya serap murid lebih optimal.

Sunday, November 8, 2015

TIPS MENGEMBANGKAN KREATIVITAS


Apa itu Kreatif?
Devenisi kreatif adalah kemampuan memunculkan, mengembangkan (memperkaya) suatu gagasan.

Ciri-ciri orang kreatif:

* Senang mencoba sesuatu
* Penuh rasa ingin tahu
* Banyak bertanya, bersikap kritis terhadap jawaban yang tak memuaskan.
* Sering memberikan jawaban unik pada suatu pertanyaan. 
* Sering berimajinasi.
* Suka tantangan, mau mencoba mengerjakan tugas sulit. 
* Terbuka terhadap masukan orang lain.
* Peka pada apa yang dilihat dan dialaminya.

Menjadi kreatif tidak selalu hanya berpikir, tetapi juga berupaya untuk menemukannya. Lalu
mengolahnya dengan cara berbeda, sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Orang sering menyebutnya inovasi.

Tips mengembangkan kreatifitas: Gunakan jurus ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi), ini bukan
plagiat. Sering melihat contoh-contoh yang sudah ada untuk mengembangkan ide. Cari dari berbagai
sumber atau coba buat sendiri kalau bisa. Jangan tunda, lakukan sekarang juga. Kunci utamanya adalah tekun, sabar serta pantang menyerah. Tidak ada pengetahuan didapat secara instan. Semua mesti melewati proses yang panjang.

Mengapa Guru Sekolah Minggu harus kreatif? "Anda mengajar, apakah murid belajar?

Masalah yang sering terjadi dalam kelas:

* Murid kurang berminat  dengan materi pelajaran yang disajikan guru
* Murid kesulitan memahami matari pelajaran.
* Kurang terjadi interaksi antara guru dengan murid, murid dengan murid lainnya.
* Guru tidak menggunakan alatperaga  dengan efisien dan efektif.
* Kegiatan aktivitas belajar mengajar tidak efisien.

Untuk dapat mengatasi masalah yang sering terjadi dalam kelas, guru mesti kreatif.
Pendidikan Kristiani adalah tanggung jawab orangtua dan Gereja. Kalau Gereja dalam hal ini diwakili oleh Guru Sekolah Minggu, tidak siap mengajar murid-murid di kelas, dunia dengan segala kecanggihannya siap mengajar murid-murid Anda dengan cara yang sangat menarik , melalui televisi, tablet, internet, game dan lainnya.

Penyebab kegagalan aktivitas belajar mengajar: Mengajar di Sekolah Minggu, GSM sedang membina atau memprsiapkan Generasi masa depan Gereja. GSM punya tanggung jawab besar dan berat. Namun, banyak GSM yang beranggapan bahwa mengajar di Sekolah Minggu itu gampang.
Apalagi mengajar di kelas anak-anak seolah-olah bukan hal sulit. Pendapat seperti ini yang menyebabkan kegagalan dalan aktivitas belajar mengajar di kelas Sekolah Minggu.