Minggu, 28 Juni 2015

JADILAH SEPERTI MUSA

Keluaran 17 : 1-16.

Ditemukan kejadian berulang dalam eksodus yang dipimpin Musa: masalah - menggerutu - mujizat, masalah - menggerutu - mujizat. Pola ini berlangsung dalam perjalanan di padang gurun selama 40 tahun. Setelah umat Allah itu keluar dari Mesir  menuju Tanah Perjanjian di Kanaan.
Marah, bertengkar, bersungut-sungut. Membandingkan tingkat kesulitan mereka dalam perjalanan ke tanah Perjanjian yang berlimpah susu dan madu, dengan kehidupan lama mereka meski tertindas dan diperbudak di Megapolitan Mesir.

Tiba di padang gurun Sin, pada hari ke 15 bulan yang kedua, sejak mereka keluar dari tanah Mesir. Di situ mereka mulai menghadapi masalah, persediaan logistik mereka habis. Lalu mereka bersungut-sungut. Tuhan mendengar gerutu umatnya itu, terjadilah mujizat. Tuhan menurunkan roti manna dari langit pada waktu pagi hari dan daging burung puyuh di saat petang untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka (Keluaran 16). Tiba di Rafidim, ketika tidak ada air untuk diminum, orang-orang Israel itu kembali marah, bertengkar dengan abdi Allah Musa dan bersungut-sungut. Respon mereka sewaktu menghadapi masalah ibarat telur yang mendapat tekanan sedikit saja akan retak  bahkan pecah, isinya berhamburan membuat siapa pun tak nyaman. Apalagi kalau telur busuk  yang pecah, pasti menebar aroma tak sedap.

Di saat masalah menekan, sikap Musa bagaikan bola. Ketika dihentakkan ke lantai, bola akan melambung ke atas. Makin keras dibenturkan, akan melambung lebih tinggi lagi. Iman Musa melambung tinggi ke atas. Ia berseru kepada Tuhan. Sesuai titah Tuhan, dengan tongkatnya memukul gunung batu di Horeb, lalu dari dalamnya menyembur air, sehingga bangsa itu bisa minum.

Selesai satu masalah, muncul lagi persoalan lain yang tidak kalah dasyatnya. Masih di tempat yang sama, mereka didatangi orang Amalek. Bukan untuk bersahabat, tetapi akan memerangi orang Israel.

Musa mendelegasikan tugas pada Yosua untuk  memilih orang-orang yang bakal membendung serangan Amalek. Ia sendiri akan naik kepuncak bukit, sambil memegang tongkat Allah untuk mendukung perlawanan Yosua dan orang Israel itu. Yosua mempercayai yang dikatakan Musa. Ia sangat Yakin, segenting apapun, abdi Allah itu tidak mungkin melarikan diri, karena Yosua tahu Musa punya integritas yang tidak diragukan lagi.
Pada akhirnya, Alkitab mencatat bahwa pasukan tempur dan rakyat Amalek dikalahkan oleh umat Allah yang sama sekali tak memiliki pengalaman berperang. Atas kemenangan itu, kemudian Musa mendirikan sebuah mezbah dan menamainya: "TUHANlah panji-panjiku!"

Jadilah seperti MUSA, sesuai namanya sendiri ia,

  • Menghadapi masalah dengan iman.
  • Utamakan bekerjasama  dengan semua potensi yang ada.
  • Satu kata dengan tindakan.
  • Akhiri masalah dengan ucapan syukur.

Pada saat menghadapi masalah, bagaimanakah sikap Anda? Seperti umat Allahkah, bersungut-sungut ibarat telur busuk kena tekan dan pecah, menebar aroma tak sedap. Atau seperti Musa, bagai bola yang dibenturkan keras melambung tinggi ke atas, berseru kepada TUHAN!