Jumat, 23 Agustus 2024

“TAHUN-TAHUN YANG HILANG”.

                APA YANG KITA TAHU?

   Ketika Yesus usia remaja – pemuda

Saat usia 12 tahun, Yesus pergi bersama keluarga-Nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Di keramaian itu Ia hilang. Setelah dicari, orangtuanya menemukan Yesus sedang bertanya-jawab dengan para ahli Taurat di Bait Suci. Sesudah peristiwa di Bait Suci itu, Yesus pulang ke Nazareth bersama ke dua orangtuanya, Maria dan Yusuf (Lukas 2:41-52).

Salah satu misteri terbesar dalam kehidupan Yesus adalah periode antara usia 12 tahun, sewaktu Ia ditemukan di Bait Suci, hingga usia sekitar 30 tahunan ketika Ia memulai pelayanan publik. Periode ini sering disebut sebagai "tahun-tahun yang hilang". Alkitab tidak memberikan petunjuk yang spesifik tentang aktivitas serta dimana Yesus semasa remaja dan waktu muda-Nya. Ke empat Injil lebih berfokus pada pengajaran-pengajaran-Nya, pelayanan publik, mukjizat-mukjizat-Nya, serta berbagai peristiwa penting seperti penyaliban dan kebangkitan-Nya. 


Sekalipun minim catatan dari alkitab, kita bisa menarik beberapa kemungkian berdasarkan konteks sejarah dan budaya Yahudi pada masa itu. Sesudah peristiwa di Bait Suci dan Yesus kembali ke Nazaret bersama ke dua orangtuanya, selama masa remaja dan pemuda, Yesus kemungkinan menjalani kehidupan normal seperti pemuda Yahudi lainnya. Yesus tentu belajar banyak hal dari ayahnya, seorang tukang kayu. Sebagai anak sulung, Yesus mungkin membantu pekerjaan Yusuf. Meskipun tidak secara eksplisit diceritakan, pada masa ini sangat penting bagi pertumbuhan rohani Yesus. Dia tentu aktif beribadah di sinagoga bersama keluarganya. merenungkan Kitab Suci, berdoa, dan semakin dekat dengan Bapa-Nya. Ada kemungkinan Ia juga belajar Kitab Taurat dan tradisi Yahudi dari para rabbi lokal.   

Meskipun tidak ada catatan tentang kehidupan Yesus selama "tahun-tahun yang hilang”. Periode remaja dan pemuda adalah masa pembentukan diri. Kalaupun penting, kehidupan pribadi seseorang tidak selalu menjadi fokus utama dalam narasi sejarah. Kita bisa berasumsi bahwa Ia menjalani kehidupan normal, berinteraksi dengan teman-teman sebaya, belajar, bekerja, dan bertumbuh secara rohani. Masa ini menjadi dasar bagi pelayanan-Nya yang luar biasa di kemudian hari. 

Walau Alkitab tidak memberikan banyak keterangan, kita dapat menemukan makna dan inspirasi dari kisah hidup Yesus. "Tahun-tahun yang hilang" mengajarkan kita tentang pentingnya pertumbuhan pribadi, ketekunan, dan kedekatan dengan Tuhan. Masa mudanya, menjadi teladan buat kita untuk menjalani kehidupan yang saleh dan bermakna.

Injil mulai mencatat kembali kehidupan Yesus secara lebih detail setelah Ia berumur sekitar 30 tahun, saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan memulai pelayanan-Nya. Para penulis Injil sepertinya lebih tertarik menceritakan berbagai peristiwa utama di kehidupan Yesus yang berkaitan langsung dengan misi-Nya sebagai Mesias. Masa remaja dan pemuda, sekalipun penting dalam kehidupan setiap individu, mungkin dianggap kurang relevan dengan maksud utama penulisan Injil. 

Yang kita tahu tentang Yesus dari Alkitab, di usia 12 tahun sewaktu Ia bersama orang tuanya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Di sana, Dia ditemukan sedang berdiskusi dengan para ahli Taurat di Bait Suci. Kejadian ini menunjukkan Yesus sangat cerdas dan berani, punya pemahaman yang mendalam tentang Kitab Suci dan peran-Nya sebagai Anak Allah. Pada usia muda Yesus sudah mengalami pertumbuhan spiritual yang signifikan 

"Tahun-tahun yang hilang" bisa jadi sebagai masa persiapan yang penting buat Yesus sebelum memulai pelayanan-Nya secara terbuka. Yesus memiliki misi yang unik, walau demikian, Ia juga menjalani kehidupan yang normal sebagai seorang manusia. Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti tentang kehidupan Yesus pada masa muda-Nya, kita bisa belajar meneladani ketaatan-Nya kepada orang tua, kerendahan hati-Nya, kecintaan-Nya pada firman Tuhan dan semangat belajar-Nya.


Disclaimer: Artikel ini didasarkan pada pemahaman umum tentang Alkitab, dan tidak dimaksudkan untuk menjadi sebuah interpretasi yang definitif. Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda, Anda disarankan melakukan studi lebih lanjut jika tertarik.

Kata Kunci: tahun-tahun yang hilang, Yesus, remaja, pemuda, Alkitab, Nazareth

Gambar: freebibleimages.org                                                                                                                      Sang SABDA



Senin, 19 Agustus 2024

PEREMPUAN MARJINAL BERSAKSI, ORANG SEKAMPUNG PERCAYA YESUS.

 

Yesus Menawarkan Air Hidup 

kepada Wanita Samaria 

Yohanes 4:1-42.


Kisah yang ditulis dalam injil Yohanes ini, paling menarik dan kaya makna. Peristiwanya terjadi di dekat sebuah sumur di Sikhar, Samaria. Sumur ini dikenal sebagai Sumur Yakub, tempat orang-orang Samaria mengambil air. Waktu itu Yesus bersama dengan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju Galilea, mereka jalan lewat pemukiman orang Samaria. Padahal orang-orang Yahudi biasanya menghindari jalan itu. Dekat sumur itu Yesus beristirahat, sedangkan murid-muridnya pergi ke kota untuk membeli makanan.

Tak lama kemudian, seorang perempuan Samaria muncul untuk mengambil air. Ia datang ke sumur Yakub pada waktu tengah hari, waktu di mana orang-orang biasanya jarang keluar rumah karena suhu udara yang panas. Kemungkin lain, perempuan ini tak ingin bertemu dengan orang lain, sebab ia punya masa lalu yang kelam. Ia sudah berganti pasangan berkali-kali namun hidupnya tidak bahagia, belakangan ia hidup bersama seorang lelaki yang bukan suaminya.



Perjalanan yang panjang membuat Yesus sangat lelah. Yesus minta air kepada wanita itu. Permintaan ini sangat mengejutkan, sebab orang Yahudi tidak akan pernah meminta sesuatu kepada orang Samaria. Konflik antara Yahudi dan orang-orang Samaria pada masa lalu membuat hubungan mereka merenggang. Mereka saling memandang dengan penuh kebencian. Orang Samaria, adalah kelompok masyarakat yang dipandang rendah oleh orang-orang Yahudi. Perempuan Samaria, dianggap tidak murni dan pantang diajak bergaul, apalagi bercakap-cakap dengan seorang rabbi. 

Namun dari permintaan yang sederhana ini, berlanjut pada percakapan yang sangat mendalam antara Yesus dan wanita Samaria. Yesus mulai mengungkapkan identitas-Nya sebagai Mesias dan menawarkan "air hidup" kepadanya. Perempuan ini sangat tersentuh, merasa diterima dan dihargai apa adanya. Yesus dengan penuh kasih dan hikmat menjangkau hati seorang wanita yang terluka. Ia tidak menghakimi masa lalu wanita itu, tetapi menawarkan harapan dan pengampunan, memberikan kasih karunia-Nya yang memulihkan luka hatinya.

Perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi titik balik dalam hidup wanita itu, sebuah contoh yang sangat luarbiasa tentang kasih karunia Allah yang tidak mengenal batas. Di dekat sumur Yakub, di Sikhar, tempat yang biasanya sunyi-sepi, tiba-tiba menjadi saksi bisu sebuah percakapan yang mengubah hidup seseorang. Di situ, Yesus bukan sekedar menawarkan air minum, tetapi “air hidup”, hidup yang kekal. Perjumpaan yang tidak terduga antara Yesus dengan wanita Samaria itu telah mengubah sangat drastis kehidupan perempuan itu. Ia kemudian dicatat sebagai saksi yang berani memberitakan kabar baik kepada banyak orang di tempat tinggalnya.

Dalam kisah ini, sosok wanita yang satu ini bukan figuran. Sekalipun dari kelompok marjinal, adalah potret perempuan inspiratif, Dahaga rohaninya membuat dia sangat terbuka dan menyimak terhadap ucapan yang disampaikan Yesus. Ia mampu mengatasi rasa malu dan ketidaklayakan hidupnya. Dengan penuh semangat dia meluapkan rasa ingin tahu yang besar terhadap Yesus dan ajaran-Nya. Berbagai pertanyaan yang dilontarkannya memperlihatkan bahwa ia adalah perempuan yang berani, cakap, cerdas dan reflektif. 

Walaupun stigma sosial melekat pada dirinya, dia berani meninggalkan tempayan tempat airnya dan segera bergegas kembali kekota. Di sana, Ia bercerita tentang Mesias kepada semua orang yang ditemuinya. Perempuan ini berani menantang stereotipe tentang wanita pada zaman itu. Ia tidak pasif, tetapi aktif mencari kebenaran. Dia juga tidak malu mengakui dosa-dosanya. 

Jangan gampang menghakimi orang lain hanya berdasarkan penampilan luar atau masa lalunya. Setiap orang punya potensi untuk berubah.                                          Seperti perempuan Samaria, kita perlu terbuka terhadap ajaran Yesus dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita. Ia akan mengungkapkan kebenaran dan membawa kita kepada transformasi.

Setelah mengalami kasih karunia Allah, kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Kita mesti siap dan berani membagikan kesaksian kita kepada banyak orang.      Pada masa yang serba cepat dan individualistis ini, kita seringkali kehilangan kesempatan untuk menjalin hubungan yang berarti dengan orang lain. Mari kita belajar untuk lebih peduli terhadap orang-orang di sekitar kita dengan membangun relasi yang ramah, agar Kabar Baik dinikmati banyak orang.       




  



Kamis, 08 Agustus 2024

 YESUS MEMELEKKAN 
MATA ORANG YANG LAHIR BUTA

Yohanes 9:1-41


  Alkitab kaya makna dan terus memberikan inspirasi pada banyak orang. Kisah ini selain menunjukkan keilahian Yesus, juga telah memicu perdebatan teologis di kalangan para pemimpin agama Yahudi pada masa itu.

Pertemuan Yesus dengan seorang lelaki yang buta sejak lahir ini menunjukkan bahwa Ia sudah merencanakan mukjizat ini dengan memilih orang yang tepat untuk memperlihatkan kuasa-Nya. Ia meludah ke tanah, mengaduknya menjadi lumpur, lalu mengoleskannya pada mata orang buta itu. Tindakan aneh ini merupakan cara untuk menyatakan kuasa-Nya, dan memandu orang buta itu pada sumber penyembuhan yang sejati.  
                                                                                                                                   Lalu Yesus menyuruh orang buta itu pergi membasuh dirinya di kolam Siloam. Perintah ini menuntut tindakan iman dari orang buta itu, karena ia harus percaya pada ucapan Yesus dan melakukan yang diperintahkan-Nya.
Mukjizat yang luar biasa terjadi setelah ia membasuh dirinya di kolam itu. Penglihatannya pulih, lelaki yang buta sejak lahir itu bisa melihat. Peristiwa ini memunculkan reaksi beragam di masyarakat. Sebagian orang memuji Yesus, yang lain meragukan, bahkan menuduh Yesus melanggar hukum Taurat kerena membuat mukjizat pada hari Sabat.                                                                                                                                                                                                           Para pemimpin agama Yahudi, terutama orang-orang Farisi, berusaha keras menolak keabsahan mukjizat Yesus. Mereka menginterogasi orang buta itu serta orang tuanya, berusaha mencari celah dalam kesaksian mereka. Sayangnya, upaya mereka sia-sia,  kebenaran mukjizat itu terlalu nyata untuk dipatahkan.
Kemudian, Yesus bertemu dengan orang buta yang telah melek itu, Ia mengungkapkan identitas-Nya sebagai Anak Manusia. Orang buta itu pun percaya dan menyembah Yesus sebagai Tuhan.                                                                                                                                                                                                     Para pemimpin agama Yahudi semakin marah dan menuduh Yesus sebagai pendosa yang tidak menghormati hari Sabat. Dengan tegas Yesus menanggapi tuduhan mereka, bahwa para pemimpin agama Yahudi yang menolak mengakui-Nya sebagai Mesias adalah buta secara rohani, dan menghakimi orang lain tanpa alasan yang benar.