Saturday, December 5, 2015

METODE BERCERITA

Sekolah Minggu sebenarnya sebutan umum untuk kegiatan religius, khususnya bagi anak-anak yang dilaksanakan oleh berbagai denominasi Gereja. Awalnya, Sekolah Minggu dikaitkan dengan dua tokoh berkebangsaan Inggris, Hannah Ball dan Robert Raikes (1769, 1780). Keprihatinan ke dua tokoh itu adalah: kurangnya pendidikan yang memadai bagi anak-anak. Sehingga, memunculkan komunitas anak jalanan, yang menyebabkan mereka terjerumus ke dunia kriminal. Di Sekolah Minggu anak-anak itu mendapat pengajaran dasar hidup Kristiani.

Kini, Sekolah Minggu merupakan salah satu sarana untuk memberikan pengajaran iman  Kristiani. Baik yang menyentuh afektif maupun kognitif, disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Materi yang diajarkan bukan gagasan-gagasan teologis abstrak yang tak terpahami. Itu sebabnya lebih sering digunakan metode bercerita.

Bercerita adalah bentuk penyampaian informasi paling tua dalam sejarah. Sejak dulu orang suka bercerita dan senang mendengarkan cerita. Secara khusus, bercerita juga sering digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran pada anak-anak, sebab gampang dimengerti. Penyampaian cerita membuat yang abstrak jadi konkrit. Bercerita juga bisa merangsang emosi serta imajinasi anak-anak.
Berceritalah sesuai dengan tingkatan usia anak. Jangan melebih-lebihkan dalam bercerita, cerita yang disampaikan jangan dijadikan tujuan. Karena, bercerita adalah satu cara untuk menyampaikan materi pembelajaran yang mengarah pada tujuan belajar.

Dalam bercerita, guru bisa menggunakan alatperaga pembelajaran. Bagi seorang guru, selain mesti menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan memakai metode mengajar yang dipilihnya, ia juga sebaiknya piawai menggunakan media pembelajaran (alatperaga) untuk melengkapi metode mengajar yang akan digunakan itu. Keterampilan guru melakukan variasi penggunaan metode mengajar dengan media pembelajaran akan merangsan minat murid untuk belajar, serta menghindarkan kebosanan. Ciptakan suasana belajar mengajar yang akrab, kreatif dan menyenangkan.

Awali cerita dengan cara yang menarik. Lakukan aksi, berjalan, menggerakan tangan. Munculkan ketegangan: ada kesulitan, halangan. Cara mengatasinya (ungkapkan sedemikian rupa) melalui kata-kata dan gerakan atau tampilan visual. Bertanya, agar murid-murid terlibat aktif berpikir untuk mencari jalan keluar, mengatasi masalah yang timbul itu. Dorong murid untuk berusaha mendapat jawaban yang tepat.  Bimbing mereka pada pertanyaan-pertanyaan penting untuk mereka ketahui dan pahami, khususnya bagi pertumbuhan kerohanian mereka. Klimaks, puncak ketegangan diungkap paling akhir, yaitu masalah terpecahkan. Penutup atau kesimpulan berupa ringkasan yang dikaitkan dengan kebenaran penting sesuai tujuan belajar untuk diterapkan murid.

No comments:

Post a Comment