"Ampun ... Baginda Raja, ... tolong hamba. Burung gagak memburu hendak memangsa hamba ...", kata merpati sangat ketakutan.
Raja melihat punggung merpati terluka. Baginda bersabda, "Disini kamu aman, aku melindungimu", ujar Penguasa istana itu.
Tiba-tiba saja burung gagak muncul sambil berucap, "Merpati itu punyaku. Aku menandaiinya dengan luka di punggungnya. Kembalikan merpati itu padaku. Jika Paduka Raja merebutnya, Baginda melanggar hukum". seru burung gagak dengan lantang.
Mendengar ucapan burung gagak, Raja tersentak, sangat terkejut. Kemudian Paduka Raja berpikir keras, bagaimana menyelamatkan merpati tanpa harus melanggar hukum. Mendapat akal, Raja bijak itu berkata, "Bagaimana kalau aku berikan daging rusa sebagai ganti merpati".
"Waaaahhh ... enak saja, manusia itu memang licik. Seenaknya mengorbankan hewan lain. Mengapa tidak daging Tuanku saja sebagai gantinya"!
Raja sangat geram, mendadak orang nomor satu di istana itu berteriak, "Pengawal ...! Seketika, suasana di ruangan itu jadi sunyi, semua orang saling pandang.
"Ambil pisau dan timbangan, kerat dagingku seberat badan merpati", titah Paduka Raja.
Pengawal tidak berani bertindak. "Ayo cepat lakukan ..."! Seru baginda lagi.
Pengawal mengerat daging di betis Raja. Ditimbang, tapi belum cukup. Dikerat lagi daging di betis yang sebelahnya. Tetap, merpati masih lebih berat. Darahpun bercucuran di kedua kaki Baginda Raja. Dipotong juga daging di bagian tubuh yang lain. Aneh, masih belum setimbang juga. Tubuh raja mahabijak tercabik-cabik, bersimbah darah.
Tidak kuat lagi menahan sakit, Penguasa istana itu roboh. Sekonyong-konyong, burung gagak dan merpati berubah rupa. Ternyata, keduanya adalah dewa yang hendak menguji ketulusan hati sang Raja.
Raja bijak rela memberikan dirinya tercabik-cabik belumuran darah, untuk menyelamatkan merpati.
"Hidup jadi lebih bermakna bila diisi dengan memberi, bukan hanya menerima".