Monday, September 10, 2012

PAHITNYA KEHIDUPAN TIDAK AKAN TERASA

Pernah saya membaca sebuah tulisan. Entah dimana, lupa. Namun, ceritanya masih ingat:
Seorang anak muda, umur 30an. Berjalan lemah menuju sebuah rumah dekat tepi danau, di sebuah desa yang tenang. Di depan pintu, seorang kakek menyambut ramah. "Bagaimana kisah perjalanan hidupmu di luar sana"? tanya lelaki tua itu.
"Pahit ..., guru". "Kenyataan yang saya hadapi sangat pahit", pemuda itu mengulang.

Keduanya masuk. Tak seberapa lama, mereka keluar lagi. Berjalan ke pinggir danau. Ternyata orangtua yang disebut "guru" itu membawa cangkir dan sekantong garam.
Dengan cangkir ia menciduk air, kemudian memasukan sejumput garam ke dalam air di cangkir.
"Minum ...", katanya kepada orang muda itu. Sambil memandang sang kakek, ia minum.
" ... uuaaaakkkhhhh ... pahit"! Lalu lelaki muda itu memuntahkan air bercampur garam yang diteguknya.

Orangtua itu kemudian menebar garam ke dalam danau. Setelah itu menciduk lagi secangkir air danau yang telah ditaburi garam.
"Minum yang ini ...", ujarnya sembari menyodorkan cangkir berisi air danau. Masih menatap heran sang "guru", pemuda itu minum juga.
"waaaaahhh ..., segar sekali ... guru", air itu habis ditegaknya.

"Kehidupan di luar sana memang pahit. Tapi kalau kita menerimanya dengan hati yang lapang, seluas danau ini. Pahitnya tidak terasa".
Lelaki muda itu menatap orangtua yang disebutnya "guru", dengan wajah ceria.
Menjelang matahari turun, pemuda itu pamit. Ia berjalan ke depan dengan langkah gagah. Salam.


No comments:

Post a Comment