Kamis, 22 Agustus 2013
KERJASAMA TIM GSM
Di status Facebook Komunitas Guru Sekolah Minggu Dewi Komala Sari dari Jakarta menulis; " Bisa di share nggak Bro, bagaimana kiat mengatasi kerja tim yang sukses dalam SM?"
Masih di status yang sama, Neivy Putri, asal Manado berucap; "Amin, itulah tujuan yang utama ... bantu share masukannya ya Bro."
Sebelumnya Helmi Betty Saragih, GSM dari Medan yang berkiprah di Kepri - Batam serta beberapa teman lain menyatakan hal senada.
Dari beberapa Sumber, saya merangkum tulisan buat semua teman-teman. Semoga bermanfaat. Salam.
Sebenarnya, dalam hidup ini kita selalu bersentuhan dengan yang disebut Kerjasama.
Dalam keluarga, anak mesti bekerjasama dengan orangtua. Suami bekerjasama dengan istri, atau sebaliknya. Sebagai pekerja, kita bekerjasama dengan atasan dan sesama rekan sekerja.
Setiap orang juga tahu apa itu Tim. Kita paham mengapa orang-orang membentuk (menjadi) sebuah Tim. Kalau Keluarga adalah sebuah Tim, artinya setiap orang dalam keluarga itu terlibat atau bagian dari Tim. Kapanpun dan di manapun, orang bersama-sama atau berada dalam kebersamaan untuk pencapaian yang direncanakan bersama, itulah Tim.
Sekolah Minggu adalah sebuah Tim, yang merupakan paduan pelayanan efektif dari berbagai keterampilan, pengetahuan serta bakat.
Orang tak bisa hidup sendirian. Apalagi melakukan pekerjaan besar seorang diri. Sehebat apapun talenta yang dimiliki, kita tetap membutuhkan orang lain agar kemampuan serta pelayanan kita terus berkembang. Berbagai masukan dari teman-teman GSM yang lain,
pasti sangat berguna. Bahkan dalam sebuah tim, setiap anggota bisa saling berbagi pengalaman. Memunculkan gagasan-gagasan cerdas untuk kepentingan bersama.
Melayani (kerja) sendiri-sendiri hanya akan membuat wawasan kita jadi sempit.
Dalam Kerjasama Tim pada komunitas yang positif, hangat serta kreatif; akan timbul berbagai penyelesaian yang secara individu sulit teratasi. Keunggulan yang bisa diandalkan dari Kerjasama Tim adalah penyelesaian secara sinergi dari beberapa orang yang terlibat dalamnya. Ada sinergi atau kekuatan kolektif dari orang-orang yang telah mengupayakan pencapaian tujuan yang sama.
Setiap orang dalam Kerjasama Tim, seharusnya tahu peran masing-masing. Prioritas utamanya adalah adalah belajar berfungsi efektif serta kompak mencapai sasaran.
Kerjasama Tim dibentuk untuk berupaya dengan sengaja secara bersama-sama menghasilkan kinerja yang sangat baik dibanding dengan kinerja yang dilakukan seseorang.
Namun pada kenyataan, sekalipun Kerjasama Tim diadakan dengan maksud baik, ada
yang berhasil. Tak jarang banyak juga yang kehilangan arah, bahkan nyaris lumpuh.
Dalam beberapa kasus, Kerjasama Tim GSM membuahkan kinerja yang buruk. Dibanding
dengan upaya seorang yang terampil, terbuka terhadap ide-ide dan masukan dari orang lain, penuh semangat, fokus pada tujuan rencana jangka panjang dan selalu melakukan follow up secara teratur. Menjadikan Sekolah Minggu sebagai komunitas yang sehat. Dari Sekolah Minggu yang sehat, Gereja kuat.
Bagaimana keandalan Kerjasama Tim GSM Anda?
Jumat, 16 Agustus 2013
BERITA SANGAT PENTING UNTUK ANDA KETAHUI
Seorang murid lari tergopoh-gopoh menemui Socrates, generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar asal Yunani.
"Guru, aku ingin menyampaikan berita yang sangat penting untuk mu."
Lelaki sederhana tanpa alas kaki yang di sebut guru itu mengernyitkan keningnya, sambil berkata;
"Sebentar ..., apa kira-kira kamu yakin pada kebenaran berita yang akan kamu ceritakan?"
Si murid menjawab," Tidak juga sih ..., sebenarnya aku hanya baru mendengar dari orang-orang di pasar."
"Oh ... baiklah, jadi kamu mau menyampaikan berita yang kamu sendiri tidak yakin kebenarannya?" Filsuf kelahiran Athena itu balik bertanya.
"Kalau begitu katakan. Apa berita yang ingin kamu sampaikan itu, akan memberi pengetahuan baru bagi kita?"
"Aku pikir cuma gosip ... guru," kata murid itu malu-malu.
"Oh ..., jadi kamu mau manyampaikan berita gosip yang kamu sendiri tidak tahu kebenarannya?" Kata ayah dari tiga orang anak itu.
"Sekali lagi aku bertanya, menurut kamu, apakah berita gosip itu akan bermanfaat dan memberikan kemajuan buat hidup kita?" Ucap sang guru meyakinkan muridnya.
"Setelah aku pikir-pikir ... sepertinya tidak ada manfaatnya, apa lagi memberikan kemanjuan untuk kita." Jawab murid itu sambil menggaruk-garuk kepala.
"Sekarang ..., apakah kamu masih akan menceritakan berita gosip yang kamu sendiri belum tahu kebenarannya, dan yang tidak ada manfaatnya bagi kita?"
"Tidak lagi ... guru." murid itu menjawab tegas.
Kemudian sang Guru berujar, "Muridku ... begitu banyak berita-berita kita dengar setiap hari disebarkan orang pada kita, yang telah merusak mental dan otak kita serta anak-anak kita. Sayangnya ..., kita terus saja menganggapnya benar dan membiarkan diri kita sendiri serta anak-anak kita mendengar serta menyaksikannya."
"Dan tahu kah kamu , apa dampak berita gosip itu?" Tanya Socrates.
"Apa dampaknya baik ... guru?" Murid itu bertanya, ingin tahu.
"Ini ... dampaknya, mental kalian akan dirusak serta hidup kalian akan mengalami kemunduran, bahkan kehancuran."
"Kalau ini terjadi pada banyak keluarga, maka Bangsa ini akan segera mengalami kemunduran, dan mungkin kehancuran."
"Itu sebabnya, mulai sekarang pilihlah berita yang benar, sehat dan membuat hidupmu lebih maju, serta bersemangat. Jangan biarkan diri dan anak-anakmu setiap hari mendengarkan, menyaksikan berita-berita yang merusak mental, jika kamu sayang pada dirimu dan anak-anakmu."
"Ingat baik-baik ucapanku ini." Ujar Socrates menutup pembicaraan dengan muridnya. Kemudian ia asyik menekuni buku yang sedang dibacanya tadi.
Ditulis kembali dari cuplikan kisah Socrates.
Terimakasih pada Ayah Edy.
"Guru, aku ingin menyampaikan berita yang sangat penting untuk mu."
Lelaki sederhana tanpa alas kaki yang di sebut guru itu mengernyitkan keningnya, sambil berkata;
"Sebentar ..., apa kira-kira kamu yakin pada kebenaran berita yang akan kamu ceritakan?"
Si murid menjawab," Tidak juga sih ..., sebenarnya aku hanya baru mendengar dari orang-orang di pasar."
"Oh ... baiklah, jadi kamu mau menyampaikan berita yang kamu sendiri tidak yakin kebenarannya?" Filsuf kelahiran Athena itu balik bertanya.
"Kalau begitu katakan. Apa berita yang ingin kamu sampaikan itu, akan memberi pengetahuan baru bagi kita?"
"Aku pikir cuma gosip ... guru," kata murid itu malu-malu.
"Oh ..., jadi kamu mau manyampaikan berita gosip yang kamu sendiri tidak tahu kebenarannya?" Kata ayah dari tiga orang anak itu.
"Sekali lagi aku bertanya, menurut kamu, apakah berita gosip itu akan bermanfaat dan memberikan kemajuan buat hidup kita?" Ucap sang guru meyakinkan muridnya.
"Setelah aku pikir-pikir ... sepertinya tidak ada manfaatnya, apa lagi memberikan kemanjuan untuk kita." Jawab murid itu sambil menggaruk-garuk kepala.
"Sekarang ..., apakah kamu masih akan menceritakan berita gosip yang kamu sendiri belum tahu kebenarannya, dan yang tidak ada manfaatnya bagi kita?"
"Tidak lagi ... guru." murid itu menjawab tegas.
Kemudian sang Guru berujar, "Muridku ... begitu banyak berita-berita kita dengar setiap hari disebarkan orang pada kita, yang telah merusak mental dan otak kita serta anak-anak kita. Sayangnya ..., kita terus saja menganggapnya benar dan membiarkan diri kita sendiri serta anak-anak kita mendengar serta menyaksikannya."
"Dan tahu kah kamu , apa dampak berita gosip itu?" Tanya Socrates.
"Apa dampaknya baik ... guru?" Murid itu bertanya, ingin tahu.
"Ini ... dampaknya, mental kalian akan dirusak serta hidup kalian akan mengalami kemunduran, bahkan kehancuran."
"Kalau ini terjadi pada banyak keluarga, maka Bangsa ini akan segera mengalami kemunduran, dan mungkin kehancuran."
"Itu sebabnya, mulai sekarang pilihlah berita yang benar, sehat dan membuat hidupmu lebih maju, serta bersemangat. Jangan biarkan diri dan anak-anakmu setiap hari mendengarkan, menyaksikan berita-berita yang merusak mental, jika kamu sayang pada dirimu dan anak-anakmu."
"Ingat baik-baik ucapanku ini." Ujar Socrates menutup pembicaraan dengan muridnya. Kemudian ia asyik menekuni buku yang sedang dibacanya tadi.
Ditulis kembali dari cuplikan kisah Socrates.
Terimakasih pada Ayah Edy.
Rabu, 07 Agustus 2013
PENTING, PENGENALAN DINI ANAK TERHADAP TUHAN
Saya punya naskah lama, lupa sumbernya.
Mau dibuang sayang. Jadi, saya tulis saja di sini.
Masih bisa untuk berbagi, sekalian buat arsip.
Pernah lihat anak-anak berusia 5 atau 6 tahun sedang "ngobrol"? Mungkin Anda merasa geli sewaktu mendengar mereka berdialog seperti ini:
+ Tuhan selalu tahu apa yang kita buat, yang baik atau yang jahat. Bila kita nakal, Dia
juga tahu.
- Kalau kita sembunyi di kolong tempat tidur?
+ Sembunyi di mana saja, Tuhan pasti tahu.
- Kok bisa tahu ya? Tuhan 'kan di atas sana. Tinggi sekali.
+ Ya, tapi Dia 'kan bisa "nukik" ke bawah sini.
Imajinasi yang berkembang pada awal pengenalan anak terhadap Tuhan tidak perlu membuat kita khawatir, jangan-jangan persepsi mereka selanjutnya bisa keliru.
Pengenalan sedini mungkin atas keberadaan Allah sangat penting, sebab Alkitab menyatakan keberadaan dan kedaulatan Tuhan. Pendekatannya tidak hanya rasional, juga melalui seluruh daya nalar manusia atas kehidupan. Termasuk melalui naluri dan perasaan, yang kadang-kadang sulit dijelaskan oleh akal.
Anak-anak perlu akrab dengan Allah yang esa itu. Kita bisa mengajarnya lewat ucapan dan
perbuatan. Berdoa memohon pimpinan serta pertolongan untuk segala yang kita lakukan sehari-hari, mengucap syukur dan berterimakasih atas berkatNya sekecil apa pun.
Anak-anak melihat contoh dialog langsung dengan Allah melalui cara yang paling sederhana. Tuhan Maha tahu, Maha suci. Sangat tinggi, tetapi Dia juga teramat dekat, hingga sewaktu-waktu kita bisa berdialog dengan Dia.
Anak-anak perlu diajar mengenal alam ciptaan Tuhan, binatang, tumbuh-tumbuhan, sungai, gunung-gunung, bintang-bintang di langit. Anak-anak dapat berdoa, bersyukur, meminta kepada Allah. Membaca Alkitab, ke Sekolah Minggu dan beribadah. Pengenalan dini tersebut akan menuntun mereka pada kebenaran Sabda Tuhan yang menyiratkan pengalaman serta kepercayaan, bahwa bumi dengan semua isinya termasuk manusia, langit dan seluruh alam semesta diciptakan oleh Tuhan yang Akbar. Alkitab mengajarkan, bahwa hanya kepada Allah kita harus menyembah, beribadah dan meminta.
Nak, semua yang ada di sekitar kita - makanan, air yang kita teguk, susu yang kau minum, kue yang kau makan, baju yang kau pakai - adalah dari Tuhan semata. Manusia memiliki akal budi, tidak dapat menciptakan butir-butir padi. tetapi bisa mengolahnya menjadi nasi. Manusia tidak mampu menciptakan air, namun dapat mengolahnya menjadi minuman Aqua atau Coca-cola. Manusia tidak memiliki kemampuan menciptakan biji kapas, sekalipun sanggup mengolahnya menjadi pakaian.
Dalam proses selanjutnya, anak-anak memerlukan pendalaman. Perlu pengetahuan. Dan pengetahuan ke-Keristenan didasarkan pada Alkitab. Lebih baik kalau mereka belajar dari orangtua sendiri. Tetapi dapat juga pada sekolah Minggu, atau melalui pelajaran Agama Kristen di sekolah formal. Pendalaman mengenai tatanan dari kehidupan melalui ilmu-ilmu fisika, kimia, biologi, sampai metafisika juga bisa mendekatkan anak-anak pada kebenaran keberadaan Tuhan.
Dari dasar-dasar pengetahuan yang diterima, mereka dapat mengengembangkan sendiri pengetahuan serta pengalaman ke-keristenannya. Ada khotbah di Gereja-gereja. Ada pula diskusi-diskusi pemahaman Alkitab. Ada Sekolah Minggu untuk segala umur. Ada buku-buku rohani yang bisa mereka baca dan pelajari, bahkan ada lingkungan kristiani di luar keluarga yang dapat dijadikan panutan.
Pengenalan dini atas keberadaan Tuhan di masa kanak-kanak sewaktu imajinasi masih murni, ... suatu saat akan muncul sebagai benteng yang kokoh. Yaitu ketika mereka menjadi akil balik dan dewasa, pada waktu mereka digoyahkan oleh hitam putihnya kehidupan dunia. Lantaran, yang hitam tidak selalu tampak hitam, dan yang putih tidak selalu jelas putih.
Rekaan kebenaran Sabda Tuhan yang sudah merasuk ke dasar hati anak-anak sejak dini tidak akan terlalu gampang tercabut, sekalipun ada pengaruh lingkungan yang buruk.
Dalam proses pendalaman mereka, boleh jadi mereka yang memberi teladan, mereka yang akan mengingatkan kita mengenai berbagai hal yang diajarkan oleh Sabda Tuhan. Kondisi seperti ini patut kita syukuri.
Mau dibuang sayang. Jadi, saya tulis saja di sini.
Masih bisa untuk berbagi, sekalian buat arsip.
Pernah lihat anak-anak berusia 5 atau 6 tahun sedang "ngobrol"? Mungkin Anda merasa geli sewaktu mendengar mereka berdialog seperti ini:
+ Tuhan selalu tahu apa yang kita buat, yang baik atau yang jahat. Bila kita nakal, Dia
juga tahu.
- Kalau kita sembunyi di kolong tempat tidur?
+ Sembunyi di mana saja, Tuhan pasti tahu.
- Kok bisa tahu ya? Tuhan 'kan di atas sana. Tinggi sekali.
+ Ya, tapi Dia 'kan bisa "nukik" ke bawah sini.
Imajinasi yang berkembang pada awal pengenalan anak terhadap Tuhan tidak perlu membuat kita khawatir, jangan-jangan persepsi mereka selanjutnya bisa keliru.
Pengenalan sedini mungkin atas keberadaan Allah sangat penting, sebab Alkitab menyatakan keberadaan dan kedaulatan Tuhan. Pendekatannya tidak hanya rasional, juga melalui seluruh daya nalar manusia atas kehidupan. Termasuk melalui naluri dan perasaan, yang kadang-kadang sulit dijelaskan oleh akal.
Anak-anak perlu akrab dengan Allah yang esa itu. Kita bisa mengajarnya lewat ucapan dan
perbuatan. Berdoa memohon pimpinan serta pertolongan untuk segala yang kita lakukan sehari-hari, mengucap syukur dan berterimakasih atas berkatNya sekecil apa pun.
Anak-anak melihat contoh dialog langsung dengan Allah melalui cara yang paling sederhana. Tuhan Maha tahu, Maha suci. Sangat tinggi, tetapi Dia juga teramat dekat, hingga sewaktu-waktu kita bisa berdialog dengan Dia.
Anak-anak perlu diajar mengenal alam ciptaan Tuhan, binatang, tumbuh-tumbuhan, sungai, gunung-gunung, bintang-bintang di langit. Anak-anak dapat berdoa, bersyukur, meminta kepada Allah. Membaca Alkitab, ke Sekolah Minggu dan beribadah. Pengenalan dini tersebut akan menuntun mereka pada kebenaran Sabda Tuhan yang menyiratkan pengalaman serta kepercayaan, bahwa bumi dengan semua isinya termasuk manusia, langit dan seluruh alam semesta diciptakan oleh Tuhan yang Akbar. Alkitab mengajarkan, bahwa hanya kepada Allah kita harus menyembah, beribadah dan meminta.
Nak, semua yang ada di sekitar kita - makanan, air yang kita teguk, susu yang kau minum, kue yang kau makan, baju yang kau pakai - adalah dari Tuhan semata. Manusia memiliki akal budi, tidak dapat menciptakan butir-butir padi. tetapi bisa mengolahnya menjadi nasi. Manusia tidak mampu menciptakan air, namun dapat mengolahnya menjadi minuman Aqua atau Coca-cola. Manusia tidak memiliki kemampuan menciptakan biji kapas, sekalipun sanggup mengolahnya menjadi pakaian.
Dalam proses selanjutnya, anak-anak memerlukan pendalaman. Perlu pengetahuan. Dan pengetahuan ke-Keristenan didasarkan pada Alkitab. Lebih baik kalau mereka belajar dari orangtua sendiri. Tetapi dapat juga pada sekolah Minggu, atau melalui pelajaran Agama Kristen di sekolah formal. Pendalaman mengenai tatanan dari kehidupan melalui ilmu-ilmu fisika, kimia, biologi, sampai metafisika juga bisa mendekatkan anak-anak pada kebenaran keberadaan Tuhan.
Dari dasar-dasar pengetahuan yang diterima, mereka dapat mengengembangkan sendiri pengetahuan serta pengalaman ke-keristenannya. Ada khotbah di Gereja-gereja. Ada pula diskusi-diskusi pemahaman Alkitab. Ada Sekolah Minggu untuk segala umur. Ada buku-buku rohani yang bisa mereka baca dan pelajari, bahkan ada lingkungan kristiani di luar keluarga yang dapat dijadikan panutan.
Pengenalan dini atas keberadaan Tuhan di masa kanak-kanak sewaktu imajinasi masih murni, ... suatu saat akan muncul sebagai benteng yang kokoh. Yaitu ketika mereka menjadi akil balik dan dewasa, pada waktu mereka digoyahkan oleh hitam putihnya kehidupan dunia. Lantaran, yang hitam tidak selalu tampak hitam, dan yang putih tidak selalu jelas putih.
Rekaan kebenaran Sabda Tuhan yang sudah merasuk ke dasar hati anak-anak sejak dini tidak akan terlalu gampang tercabut, sekalipun ada pengaruh lingkungan yang buruk.
Dalam proses pendalaman mereka, boleh jadi mereka yang memberi teladan, mereka yang akan mengingatkan kita mengenai berbagai hal yang diajarkan oleh Sabda Tuhan. Kondisi seperti ini patut kita syukuri.
Minggu, 04 Agustus 2013
MENGAPA ANAK LEBIH SUKA MAIN GAME DARIPADA BELAJAR?
Seorang ibu menulis:
"Tolong dong, saya minta tips untuk anak yang kebiasaan buruk main game di internet yang sekarang lagi ngetrend. Anak saya kalo belajar di sekolah atau di rumah, maunya cepat-cepat ... lalu maen game".
Mengapa Internet dan game begitu menarik perhatian. Mengapa anak lebih suka main game ketimbang belajar? Jumlah jam belajar anak lebih sedikit dibanding main game. Sewaktu anak sedang mengerjakan tugas sekolah, maunya cepat selesai. Ketika anak berada di sekolah, pikirannya ke Internet. Ingin bergegas pulang, setelah itu ia asyik main game, entah di Internet, PSP atau PS2. Mereka begitu betah duduk berjam-jam menatap layar monitor.
Di Internet itu ada apa sih? Apa yang didapat anak dengan bermain game? Siapa yang salah bila anak lebih suka main game daripada belajar?
Di Internet, semuanya ada (entah nyata atau tidak, entah benar atau tidak). Kita bisa leluasa mengakses atau membuka link yang ada. Pada saat kita menemukan hal yang dirasakan menarik, maka kita jadi betah berlama-lama duduk di depan komputer. Benar kan?
Sekarang kita ke pertanyaan: Mengapa anak lebih suka main game ketimbang belajar?
Pada saat main game anak merasa asyik. Mereka menemukan hal baru, mendapat tantangan baru. Lainnya yang sangat menarik, terkadang lawan mainnya lebih jago. Tingkat kemampuan main gamenya tinggi. Sehingga anak berupaya mengejar ketertinggalannya, supaya tidak diejek teman-temannya kalo terus-terusan jadi pecundang.
Bagaimana agar anak tidak kecanduan main game?
Pertama, buat peraturan yang disepakati bersama (ortu dan anak). Jalankan aturan yang sudah disepakati bersama, mesti disiplin. Jangan sampai Ibu disiplin, eh ... ayah memberi kelonggaran.
Kedua, sambungan Internet di rumah sebaiknya tidak unlimited. Jelaskan agar anak mengatur jatah internet untuk mengerjakan tugas sekolah dan bermain game. Bila jatah internet untuk mengerjakan tugas sekolah sudah habis digunakan buat main game, anak akan rugi tidak bisa mengerjakan tugas sekolahnya dengan internet. Dengan demikian, anak akan menimbang penggunaan internet ( yang bukan untuk kepentingan mengerjakan tugas-tugas sekolah).
Orangtua juga harus bijak. Saat anak tidak bisa main game di rumah, kemungkinan ia lari ke Warnet. Jangan sampai anak mengambil uang tabungan atau mencuri uang belanja ibu buat main game di Warnet.
Ketiga, batasi anak main game di rumah (1 atau 2 jam saja setiap hari). Dilakukan sesudah mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Keempat, perbanyak aktivitas anak setelah jam sekolah. Ikut les bahasa Inggris misalnya, berenang, les musik atau kegiatan lain yang disukai anak. Sehingga kesempatan untuk main game tak banyak. Seandainya masih ada waktu anak sudah merasa cape, tidak punya mood (kepingin) lagi main game.
Kelima, Sebaiknya menaruh komputer di ruang keluarga, bukan di kamar anak. Atau letakan di tempat yang mudah dilihat siapa saja. Sehingga, sambil lalu pun kita bisa memantau apa yang dilihat anak di layar komputer. Hal ini juga untuk mencegah agar anak tidak membuka situs-situs yang tidak pantas.
Ketika anak sedang bermain game, sebaiknya orangtua tidak lengah. Sebab ada banyak game yang buruk. Jadi orangtua mesti pandai memilah-milah, mana game yang boleh dimainkan anak. Namun jangan terlalu ketat, agar anak tidak hanya kelihatan penurut di lingkungan keluarga. Padahal, di luar rumah jadi sebaliknya.
Biasakan anak main internet di rumah, sehingga gampang dikontrol. Kalau di Warnet, anak bisa buka apa saja tanpa kendali.
Sumber: Seputar Dunia Anak
"Tolong dong, saya minta tips untuk anak yang kebiasaan buruk main game di internet yang sekarang lagi ngetrend. Anak saya kalo belajar di sekolah atau di rumah, maunya cepat-cepat ... lalu maen game".
Mengapa Internet dan game begitu menarik perhatian. Mengapa anak lebih suka main game ketimbang belajar? Jumlah jam belajar anak lebih sedikit dibanding main game. Sewaktu anak sedang mengerjakan tugas sekolah, maunya cepat selesai. Ketika anak berada di sekolah, pikirannya ke Internet. Ingin bergegas pulang, setelah itu ia asyik main game, entah di Internet, PSP atau PS2. Mereka begitu betah duduk berjam-jam menatap layar monitor.
Di Internet itu ada apa sih? Apa yang didapat anak dengan bermain game? Siapa yang salah bila anak lebih suka main game daripada belajar?
Di Internet, semuanya ada (entah nyata atau tidak, entah benar atau tidak). Kita bisa leluasa mengakses atau membuka link yang ada. Pada saat kita menemukan hal yang dirasakan menarik, maka kita jadi betah berlama-lama duduk di depan komputer. Benar kan?
Sekarang kita ke pertanyaan: Mengapa anak lebih suka main game ketimbang belajar?
Pada saat main game anak merasa asyik. Mereka menemukan hal baru, mendapat tantangan baru. Lainnya yang sangat menarik, terkadang lawan mainnya lebih jago. Tingkat kemampuan main gamenya tinggi. Sehingga anak berupaya mengejar ketertinggalannya, supaya tidak diejek teman-temannya kalo terus-terusan jadi pecundang.
Bagaimana agar anak tidak kecanduan main game?
Pertama, buat peraturan yang disepakati bersama (ortu dan anak). Jalankan aturan yang sudah disepakati bersama, mesti disiplin. Jangan sampai Ibu disiplin, eh ... ayah memberi kelonggaran.
Kedua, sambungan Internet di rumah sebaiknya tidak unlimited. Jelaskan agar anak mengatur jatah internet untuk mengerjakan tugas sekolah dan bermain game. Bila jatah internet untuk mengerjakan tugas sekolah sudah habis digunakan buat main game, anak akan rugi tidak bisa mengerjakan tugas sekolahnya dengan internet. Dengan demikian, anak akan menimbang penggunaan internet ( yang bukan untuk kepentingan mengerjakan tugas-tugas sekolah).
Orangtua juga harus bijak. Saat anak tidak bisa main game di rumah, kemungkinan ia lari ke Warnet. Jangan sampai anak mengambil uang tabungan atau mencuri uang belanja ibu buat main game di Warnet.
Ketiga, batasi anak main game di rumah (1 atau 2 jam saja setiap hari). Dilakukan sesudah mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Keempat, perbanyak aktivitas anak setelah jam sekolah. Ikut les bahasa Inggris misalnya, berenang, les musik atau kegiatan lain yang disukai anak. Sehingga kesempatan untuk main game tak banyak. Seandainya masih ada waktu anak sudah merasa cape, tidak punya mood (kepingin) lagi main game.
Kelima, Sebaiknya menaruh komputer di ruang keluarga, bukan di kamar anak. Atau letakan di tempat yang mudah dilihat siapa saja. Sehingga, sambil lalu pun kita bisa memantau apa yang dilihat anak di layar komputer. Hal ini juga untuk mencegah agar anak tidak membuka situs-situs yang tidak pantas.
Ketika anak sedang bermain game, sebaiknya orangtua tidak lengah. Sebab ada banyak game yang buruk. Jadi orangtua mesti pandai memilah-milah, mana game yang boleh dimainkan anak. Namun jangan terlalu ketat, agar anak tidak hanya kelihatan penurut di lingkungan keluarga. Padahal, di luar rumah jadi sebaliknya.
Biasakan anak main internet di rumah, sehingga gampang dikontrol. Kalau di Warnet, anak bisa buka apa saja tanpa kendali.
Sumber: Seputar Dunia Anak
Langganan:
Postingan (Atom)